a. Menurut Ahli
- Kota menurut Bintarto, kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi heterogen serta coraknya lebih matrealistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya.
- Kota menurut Max Weber, suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
- Kota menurut Grunfeld, permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dari pada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan yang beraneka ragam, serta ditutupi gedung-gedung tinggi yang lokasinya berdekatan.
- Kota menurut Ilhami, suatu wilayah administratif memiliki batas-batas dengan didalamnya terdapat komponen-komponen yang meliputi penduduk dengan ukuran tertentu, sistem ekonomi, sistem sosial, sarana dan infrastuktur yang keseluruhannya menjadi satu kesatuan kelengkapan.
- Kota menurut UU No 26 th 2007 tentang penataan ruang, kawasan perkotaan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan pendistribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
- Kota menurut Menteri Dalam Negeri RI No 4 / 1980, suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah, lingkungan kehidupan yang mempunyai ciri nonagraris.
- Kota menurut Nasional Urban Development Strategi (NUDS) 1985, kota sebagai pusat pelayanan kegiatan produksi, distribusi, dan jasa-jasa yang mendukung pertumbuhan ekonomi diwilayah sekitarnya.
c. Secara Geografis, kota adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam dan nonalam dengan gejala-gejala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya idividualis, dan matrealistis.
2. CIRI-CIRI KOTA
a. Ciri Fisik
- Tersedianya sarana perekonomian (pasar, supermarket)
- Tempat parkir yang memadai
- Tersedianya tempat rekreasi dan olahraga
- Banyak gedung-gedung tinggi
- Terdapat pusat-pusat pemerintahan
- Adanya keanekaragaman penduduk
- Penduduk bersifat individualisme
- Hubungan sosial bersifat geselsechaft / patembayan
- Adanya pemisahan keruangan yang dapat membentuk kompleks-kompleks tertentu
- Norma agama tidak ketat
- Pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional
- Kesenjangan sosial sangan mencolok
a. Berdasarkan Jumlah Penduduknya
- Kota kecil, jumlah penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa
- Kota sedang, jumlah penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa
- Kota besar, jumlah penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa
- Metropolitan, jumlah penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa
- Megapolitan, jumlah penduduknya > 5.000.000 jiwa
- Kota sebagai pusat kebudayaan
- Kota sebagai pusat industri
- Kota sebagai pusat perdagangan
- Kota sebagai pusat pemerintahan
- Kota sebagai pusat rekreasi dan kesehatan
- Tahap Eopolis, tahap perkembangan desa yang sudah teratur menuju arah kehidupan kota.
- Tahap Polis, suatu kota yang sebagian kegiatan penduduknya masih bersifat agraris.
- Tahap Metropolis, kota yang kehidupannya sudah mengarah industri.
- Tahap Megapolis, wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota metropolis.
- Tahap Tryanopolis, kota yang ditandai dengan kekacauan dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
- Tahap Nekropolis, suatu kota yang mulai mengalami keruntuhan.
- Fase Mezo Teknik, perkembangan kota yang menyandarkan eksploitasi manusia atas sumber daya angin dan air.
- Fase Paleo Teknik, perkembangan kota yang sumber tenaga yang digunakan uap air dan mesin-mesinnya dikonstruksi dari besi dan baja.
- Fase Neo Teknik, perkembangan kota yang sumber tenaga yang digunakan bensin dan uap air.
- Stadium Infentile, di dalam staduim ini tidak terlihat batas yang jelas antara daerah permukiman dan perdagangan.
- Stadium Juvenile, di dalam stadium ini mulai terlihat bahwa kelompok perumahan tua sudah mulai terdesak perumahan-perumahan baru, terdapat pemisah antara daerah pertokoan dan daerah perumahan.
- Stadium Mature, di dalam stadium ini mulai terbentuk tata ruang wilayah yang baik, muncul kota-kota baru sebagai bagian dari kota lama.
- Staduim Senile, di dalam staduim ini kota kembali menjadi rumit karena adanya pengembangan-pengembangan kota yang lebih luas sehingga terjadi pembongkaran dan penggusuran perumahan maupun untuk dipindah keluar kota.
a. Teori Konsentris (Concentric Theory)
Teori
Konsentris dari Ernest W. Burgess, kota berkembang kesegala arah, merata, dan
bentuknya melingkar. Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi
lima :
·
Zona daerah pusat kegiatan / DPK
(central business district / CBD)
·
Zona peralihan (zona perdagangan
beralih pada zona permukiman)
·
Zona permukiman kelas pekerja /
buruh / proletar
·
Zona kelas menengah
2.
b. Teori Sektoral (Sector Theory)
Dikemukakan
oleh Hommer Hoyt, Hoyt berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan kota lebih
ditentukan oleh sektor-sektor dari pada sistem melingkar.
3.
c. Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus
Theory)
Dikemukakan
oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Pertumbuhan kota berawal dari pusat
pertumbuhan kemudian menjadi bentuk kompleks karena muncul nukleus-nukleus baru
sebagai kutub pertumbuhan, seperti perguruan tinggi, kompleks industri, dan
terminal bus. Dalam teori ini tidak ada urutan-urutan yang teratur dari
zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan sektoral.
4.
d. Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Dikemukakan
oleh Peter Mann (1965). Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris dan
sektoral, tapi penekanan konsentris lebih ditonjolkan
dancok....contohnya bro
BalasHapusNjing yg d cth gambarnya mna??
BalasHapusKontol ku gatel woi
BalasHapusTerima kasih....Atas Info nya...semoga Semakin Berjaya
BalasHapusPusing anying
BalasHapus