Macam shalat sunah adalah :
1. Shalat Wudhu, Yaitu shalat sunnah dua rakaat yang bisa dikerjakan setiap selesai wudhu,
niatnya :Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
artinya : ‘aku niat shalat sunnah wudhu dua rakaat karena Allah’
2. Shalat Tahiyatul Masjid, yaitu
shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika memasuki masjid,
sebelum duduk untuk menghormati masjid.
Rasulullah bersabda ‘Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum shalat dua rakaat lebih dahulu’ (H.R. Bukhari dan Muslim).
Niatnya : ‘Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat karena Allah’
3. Shalat Dhuha. Adalah shalat sunnah yang
dikerjakan ketika matahari baru naik. Jumlah rakaatnya minimal 2
maksimal 12.
Dari Anas berkata Rasulullah ‘Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga’ (H.R. Tarmiji dan Abu Majah).
Niatnya : ‘Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah’
4. Shalat Rawatib. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Niatnya :
a. Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib
yang dikerjakan sebelum shalat wajib.
Waktunya : 2 rakaat sebelum
shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum
shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’.
Niatnya: ‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’
Artinya: ‘aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah’
* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
b. Ba’diyyah, adalah
shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu.
Waktunya :
2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib
dan 2 rakaat sesudah shalat Isya.
Niatnya : ‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Ba’diyyatan lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah sesudah dzuhur dua rakaat karena Allah’
* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
5. Shalat Tahajud, adalah shalat sunnah pada waktu
malam. Sebaiknya lewat tengah malam. Dan setelah tidur. Minimal 2 rakaat
maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan shalat ini, diterangkan
dalam Al-Qur’an. ‘Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkatmu ketempat yang terpuji’(Q.S. Al Isra : 79 ).
Niatnya : ‘Ushalli sunnatal tahajjudi rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah tahajjud dua rakaat karena Allah’
6. Shalat Istikharah, adalah shalat sunnah dua
rakaat untuk meminta petunjuk yang baik, apabila kita menghadapi dua
pilihan, atau ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya dikerjakan pada
2/3 malam terakhir.
Niatnya :‘Ushalli sunnatal Istikharah rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah Istikharah dua rakaat karena Allah’
7. Shalat Hajat, adala shalat sunnah dua rakaat
untuk memohon agar hajat kita dikabulkan atau diperkenankan oleh Allah
SWT. Minimal 2 rakaat maksimal 12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat.
Niatnya : ‘Ushalli sunnatal Haajati rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah hajat dua rakaat karena Allah’
8. Shalat Mutlaq, adalah shalat sunnah tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya, juga tidak dibatasi jumlah rakaatnya. ‘Shalat itu suatu perkara yang baik, banyak atau sedikit’ (Al Hadis).
Niatnya : ‘Ushalli sunnatal rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah’
9. Shalat Taubat, adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa kepada Allah SWT, agar mendapat ampunan-Nya.
Niatnya:‘Ushalli sunnatal Taubati rak’ataini lillahi Ta’aalaa’
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah’
10. Shalat Tasbih, adalah shalat sunnah yang
dianjurkan dikerjakan setiap malam, jika tidak bisa seminggu sekali,
atau paling tidak seumur hidup sekali. Shalat ini sebanyak empat rakaat,
dengan ketentuan jika dikerjakan pada siang hari cukup dengan satu
salam, Jika dikerjakan pada malam hari dengan dua salam. Cara
mengerjakannya
Niat : ‘Ushalli sunnatan tasbihi raka’ataini lilllahi ta’aalaa’
artinya ‘aku niat shalat sunnah tasbih dua rakaat karena Allah’
a. Usai membaca surat Al Fatehah membaca tasbih 15 kali.
b. Saat ruku’, usai membaca do’a ruku membaca tasbih 10 kali
c. Saat ‘itidal, usai membaca do’a ‘itidal membaca tasbih 10 kali
d. Saat sujud, usai membaca doa sujud membaca tasbih 10 kali
e. Usai membaa do’a duduk diantara dua sujud membaca tasbi 10 kali.
f. Usai membaca doa sujud kedua membaca tasbih 10 kali.
Jumlah keseluruhan tasbih yang dibaca pada setiap rakaatnya sebanyak
75 kali. Lafadz bacaan tasbih yang dimaksud adalah sebagai berikut :
‘Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar’
artinya : ‘Maha suci Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi Akkah, Dzat yang Maha Agung’.
11. Shalat Tarawih, adalah shalat sunnah sesudah shalat Isya’pada bulan Ramadhan. Menegenai bilangan rakaatnya disebutkan dalam hadis. ‘Yang dikerjakan oleh Rasulullah saw, baik pada bulan ramadhan atau lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat’ (H.R. Bukhari). Dari Jabir ‘Sesungguhnya Nabi saw telah shallat bersama-sama mereka delapan rakaat, kemudian beliau shalat witir.’ (H.R. Ibnu Hiban)
Pada masa khalifah Umar bin Khathtab, shalat tarawih dikerjakan
sebanyak 20 rakaat dan hal ini tidak dibantah oleh para sahabat terkenal
dan terkemuka. Kemudian pada zaman Umar bin Abdul Aziz bilangannya
dijadikan 36 rakaat. Dengan demikian bilangan rakaatnya tidak ditetapkan
secara pasti dalam syara’, jadi tergantung pada kemampuan kita
masing-masing, asal tidak kurang dari 8 rakaat.
Niat shalat tarawih :
‘Ushalli sunnatan Taraawiihi rak’ataini (Imamam/makmuman) lillahi ta’aallaa’
artinya : ‘Aku niat shalat sunat tarawih dua rakaat (imamam/makmum) karena Allah’
12. Shalat Witir, adalah shalat sunnat mu’akad
(dianjurkan) yang biasanya dirangkaikan dengan shalat tarawih, Bilangan
shalat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11 rakaat. Dari Abu Aiyub, berkata
Rasulullah ‘Witir itu hak, maka siapa yang suka mengerjakan lima,
kerjakanlah. Siapa yang suka mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan siapa
yang suka satu maka kerjakanlah’(H.R. Abu Daud dan Nasai). Dari Aisyah : ‘Adalah nabi saw. Shalat sebelas rakaat diantara shalat isya’ dan terbit fajar. Beliau memberi salam setiap dua rakaatdan yang penghabisan satu rakaat’ (H.R. Bukhari dan Muslim)
Niatnya : ‘Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi ta’aalaa’
artinya : ‘Aku niat shalat sunnat witir dua rakaat karena Allah’
13. Shalat Hari Raya, adalah shalat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Hukumnya sunat Mu’akad (dianjurkan).’Sesungguhnya
kami telah memberi engkau (yaa Muhammad) akan kebajikan yang banyak,
sebab itu shalatlah engkau dan berqurbanlah karena Tuhanmu ‘ pada Idul Adha – ‘(Q.S. Al Kautsar.1-2)Dari Ibnu Umar ‘Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan shalat pada dua hari raya sebelum berkhutbah.’(H.R. Jama’ah).
Niat Shalat Idul Fitri :
‘Ushalli sunnatal li’iidil fitri rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’ artinya : ‘Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah’
Niat Shalat Idul Adha :
‘Ushalli sunnatal li’iidil Adha rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’ artinya : ‘Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum) karena Allah
Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai
condongnya matahari. Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat
yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:
a. Berjamaah
b. Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
c. Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
d. Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
e. Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua.
Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.
f. Imam menyaringkan bacaannya.
g. Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum’at
h. Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul
Adha tentang hukum-hukum Qurban.
i. Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
j. Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha
sebaliknya.
14. Shalat Khusuf, adalah shalat sunat sewaktu terjadi gerhana bulan atau matahari. Minimal dua rakaat. Caranya mengerjakannya :
a. Shalat dua rakaat dengan 4 kali ruku’ yaitu pada rakaat pertama,
setelah ruku’ dan I’tidal membaca fatihah lagi kemudian ruku’ dan
I’tidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada
rakaat kedua.
b. Disunatkan membaca surat yang panjang, sedang membacanya pada
waktu gerhana bulan harus nyaring sedangkan pada gerhana matahari
sebaliknya.
Niat shalat gerhana bulan :
‘Ushalli sunnatal khusuufi rak’ataini lillahita’aalaa’
artinya : ‘Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat karena Allah’
15. Shalat Istiqa’,adalah shalat sunat yang dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah SWT.
Niatnya ‘‘Ushalli sunnatal Istisqaa-I rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’
artinya : ‘Aku niat shalat istisqaa dua rakaat (imam/makmum) karena Allah’
Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :
a. Tiga hari sebelumnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaobat
dengan berpusa dan meninggalkan segala kedzaliman serta menganjurkan
beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu mengakibatkan hilangnya
rejeki dan datangnya murka Allah. ‘Apabila kami hendak membinasakan
suatu negeri, maka lebih dulu kami perbanyak orang-orang yang fasik,
sebab kefasikannyalah mereka disiksa, lalu kami robohkan (hancurkan)
negeri mereka sehancur-hancurnya’(Q.S. Al Isra’ : 16).
b. Pada hari keempat semua penduduk termasuk yang lemah dianjurkan
pergi kelapangan dengan pakaian sederana dan tanpa wangi-wangian untuk
shalat Istisqa’
c. Usai shalat diadakan khutbah dua kali. Pada khutbah pertama hendaknya membaca istigfar 9 X dan pada khutbah kedua 7 X.
Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dengan khutbah lainnya, yaitu :
a. Khatib disunatkan memakai selendang.
b. Isi khutbah menganjurkan banyak beristigfar, dan berkeyakinan bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaan mereka.
c. Saat berdo’a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.
Saat berdo’a pada khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat membelakangi makmumnya
http://tuntunansholatsunah.wordpress.com/category/macam-macam-sholat-sunnah/
Senin, 30 Juni 2014
Senin, 23 Juni 2014
Aliran dalam seni rupa murni mancanegara
1. Neo Klasikisme
Aliran lukisan ini dimulai pada masa Renaisans. Kemunculan aliran ini mengacu pada kebudayaan Yunani klasik dan Romawi klasik.
Ciri-cirinya :
a. Berkesan berlebihan karena dibuat sesempurna mungkin, keindahannya dibuat seideal mungkin,
b. Kesan tenang statis dan bersih,
c. Komposisinya mirip adegan drama diatas pentas (teatrikal)
d. Sangat memperhitungkan anatomi, proporsi, dan komposisi
e. Tema berkaitan dengan kepentingan istana dan agama seperti cerita al kitab, keluarga istana / kaum bangsawam.
Tokoh-tokohnya :
a. Leonardo De Vinci
b. Michael Angelo
c. Jan Van Eyck
d. Albrecht Durer
2. Romantisme
Mungculnya romantisme ini dikarenakan neo klasik yang makin lama tidak sesuai dengan suasana peperangan yang terjadi di prancis pada saat itu. Istilah romantisme diambil dari kata roman (cerita). Aliran ini menghandaki bahwa dalam suatu lukisan harus mampu menggambarkan suatu peristiwa yang didalamnya terkandung suasana kehidupan penuh pertentangan, luapan emosi dan kegetiran hidup yang luar biasa. Aliran ini kebalikan dari neo klasikisme yang tenang dan bersih.
Ciri-cirinya :
a. Mengandung cerita yang dahsyat / luar biasa
b. Penuh emosional
c. Penuh gerak dinamis
d. Warna kontras meriah
e. Berkesan berlebihan dalam menggambarkan kedahsyatan peristiwa
Tokoh-tokohnya :
a. Franssco Goya
b. Theodore Gericault
c. R. Saleh Syarif Bustaman (Indonesia)
3. Realisme
Menggambarkan kenyataan / realitas kehidupan sehari-hari, objek maupun tema yang diangkat merupakan kenyataan keseharian / kenyataan, seperti kehidupan buruh, pengemis dll yang tak pernah tersentuh pada waktu-waktu sebelumnya.
Tokoh-tokohnya :
a. Gustave Caurbet
b. Pieter Bruegel
c. S. Sudjojono, Sudarso, Trubus (Indonesia)
4. Naturalisme
Pada awalnya (abad 18) para seniman melukis didalam studio karena alasan menggunakan cat untuk melukis. Kemajuan jaman ditemukan cat dalam bentuk tube (abad 19) yang mudah dibawa kemana-mana, maka kegiatan melukis tidak lagi distudio, pelukis mulai melukis kealam bebas dari awal hingga selesai sehingga hasilnya menyerupai alam.
Ciri-cirinya :
a. Lukian mirip / sesuai keadaan alam
b. Banyak menampilkan keindahan alam, flora maupun fauna
c. Terkait kaidah-kaidah perspektif, proporsi, anatomi
Tokoh-tokohnya :
a. Leonardo Da Vinci
b. Ernest Dezentje
c. Abdullah Surjobroto, Basuki abdullah (Indonesia)
d. Rembrant
e. Jan Frank
f. Jan Vermeer
5. Impressionisme
Impresi artinya kesan sesaat. Aliran ini bermula dari kesulitan para pelukis ketika melukis diluar, yakni kesulitan menggambarkan yang benar-benar nyata, karena setiap saat sinar matahari selalu bergerak / berubah sehingga mempengaruhi warna maupun pencahayaannya.
Akibatnya para pelukis berusaha menyelesaikan lukisan dengan cepat-cepat untuk memperoleh kesan warna pada saat yang diinginkan. Dari hal inilah timbul aliran impressionisme yaitu cara melukis yang tidak begitu mengutamakan objek tapi menekankan pada kesan sesaat warna yang dimiliki oleh objek yang dilukis.
Ciri-cirinya :
a. Menonjolkan permainan warna kesan sinar yang dipantulkan oleh benda tersebut.
b. Terkesan samar, ada bagian yang tidak detail.
Tokoh-tokohnya :
a. Claud Monet
b. Pissaro
c. Paul Cezzane
d. Goerge Seurat
e. Paul Gaugin
6. Ekspressionisme.
Aliran ini lahir sebahagi wujud penentangan terhadap aliran yang ada sebelumnya yang dalam penggarapannya selalu sesuai dengan bentuk dan warna dari objek yang dilukis. Aliran ini dalam berkarya tidak didasarkan pada kesan suatu objek tapi semata-mata sebagai hasil ungkapan perasaan / emosi.
Dalam menciptakan karya ini seniman cenderung menggambarkan objek sesuai dengan ekspesi dan emosi si seniman secara sepontan, tidak terkait dengan apa yang ada.
Ciri-cirinya :
a. Mengutamakan perasaan spontan.
b. Tidak mengejar keindahan visual tapi keindahan batin yang nyata
Tokoh-tokohnya :
a. Vincent Van Gogh
b. Paul Gauguin
c. Affandi (Indonesia)
7. Kubisme
Kubisme berasal dari istilah kubis / kubus (persegi). Kubisme merupakan istilah sindiran untuk karya yang cenderung berbentuk kubus / persegi.
Ciri-cirinya :
a. Mengembalikan objek ke bentuk-bentuk dasar (kubistik)
b. Tidak mengenal perspektif dan pencahayaan
c. Bentuk figurnya terkesan aneh dan tidak anatomis
Tokoh-tokohnya :
a. Pablo Picasso
b. George Braque
8. Surrealisme
Merupakan aliran lukisan yang menggambarkan dunia mimpi yang nampak aneh dan fantastis.
Ciri-cirinya :
a. Menggambarkan bentuk antara dunia nyata dan khayalan
b. Bentuk -bentuknya terkesan aneh
Tokoh-tokohnya :
a. Salvador Dally
9. Abstrak
Karya ini sering disebut karya non figurative, karena karya abstrak ini tidak mengesankan bentuk apapun, lepas dari bentuk nyata, kadang hanya menampilkan permainan komposisi unsur-unsur warna. Kadang untuk memahaminya sangat subjektif dan perlu penghayatan yang mendalam.
Ciri-cirinya :
a. Biasanya berupa komposisi unsur-unsur rupa (titik, garis, bidang, warna, dan tekstur).
b. Adanya kesan ekspresif
Tokoh-tokohnya :
a. Jackson Polock
b. Piet Mondrian
c. Paul Klee
d Amir Yahya
e. Fajar Sidik
f. Nashar (Indonesia).
Aliran lukisan ini dimulai pada masa Renaisans. Kemunculan aliran ini mengacu pada kebudayaan Yunani klasik dan Romawi klasik.
Ciri-cirinya :
a. Berkesan berlebihan karena dibuat sesempurna mungkin, keindahannya dibuat seideal mungkin,
b. Kesan tenang statis dan bersih,
c. Komposisinya mirip adegan drama diatas pentas (teatrikal)
d. Sangat memperhitungkan anatomi, proporsi, dan komposisi
e. Tema berkaitan dengan kepentingan istana dan agama seperti cerita al kitab, keluarga istana / kaum bangsawam.
Tokoh-tokohnya :
a. Leonardo De Vinci
b. Michael Angelo
c. Jan Van Eyck
d. Albrecht Durer
2. Romantisme
Mungculnya romantisme ini dikarenakan neo klasik yang makin lama tidak sesuai dengan suasana peperangan yang terjadi di prancis pada saat itu. Istilah romantisme diambil dari kata roman (cerita). Aliran ini menghandaki bahwa dalam suatu lukisan harus mampu menggambarkan suatu peristiwa yang didalamnya terkandung suasana kehidupan penuh pertentangan, luapan emosi dan kegetiran hidup yang luar biasa. Aliran ini kebalikan dari neo klasikisme yang tenang dan bersih.
Ciri-cirinya :
a. Mengandung cerita yang dahsyat / luar biasa
b. Penuh emosional
c. Penuh gerak dinamis
d. Warna kontras meriah
e. Berkesan berlebihan dalam menggambarkan kedahsyatan peristiwa
Tokoh-tokohnya :
a. Franssco Goya
b. Theodore Gericault
c. R. Saleh Syarif Bustaman (Indonesia)
3. Realisme
Menggambarkan kenyataan / realitas kehidupan sehari-hari, objek maupun tema yang diangkat merupakan kenyataan keseharian / kenyataan, seperti kehidupan buruh, pengemis dll yang tak pernah tersentuh pada waktu-waktu sebelumnya.
Tokoh-tokohnya :
a. Gustave Caurbet
b. Pieter Bruegel
c. S. Sudjojono, Sudarso, Trubus (Indonesia)
4. Naturalisme
Pada awalnya (abad 18) para seniman melukis didalam studio karena alasan menggunakan cat untuk melukis. Kemajuan jaman ditemukan cat dalam bentuk tube (abad 19) yang mudah dibawa kemana-mana, maka kegiatan melukis tidak lagi distudio, pelukis mulai melukis kealam bebas dari awal hingga selesai sehingga hasilnya menyerupai alam.
Ciri-cirinya :
a. Lukian mirip / sesuai keadaan alam
b. Banyak menampilkan keindahan alam, flora maupun fauna
c. Terkait kaidah-kaidah perspektif, proporsi, anatomi
Tokoh-tokohnya :
a. Leonardo Da Vinci
b. Ernest Dezentje
c. Abdullah Surjobroto, Basuki abdullah (Indonesia)
d. Rembrant
e. Jan Frank
f. Jan Vermeer
5. Impressionisme
Impresi artinya kesan sesaat. Aliran ini bermula dari kesulitan para pelukis ketika melukis diluar, yakni kesulitan menggambarkan yang benar-benar nyata, karena setiap saat sinar matahari selalu bergerak / berubah sehingga mempengaruhi warna maupun pencahayaannya.
Akibatnya para pelukis berusaha menyelesaikan lukisan dengan cepat-cepat untuk memperoleh kesan warna pada saat yang diinginkan. Dari hal inilah timbul aliran impressionisme yaitu cara melukis yang tidak begitu mengutamakan objek tapi menekankan pada kesan sesaat warna yang dimiliki oleh objek yang dilukis.
Ciri-cirinya :
a. Menonjolkan permainan warna kesan sinar yang dipantulkan oleh benda tersebut.
b. Terkesan samar, ada bagian yang tidak detail.
Tokoh-tokohnya :
a. Claud Monet
b. Pissaro
c. Paul Cezzane
d. Goerge Seurat
e. Paul Gaugin
6. Ekspressionisme.
Aliran ini lahir sebahagi wujud penentangan terhadap aliran yang ada sebelumnya yang dalam penggarapannya selalu sesuai dengan bentuk dan warna dari objek yang dilukis. Aliran ini dalam berkarya tidak didasarkan pada kesan suatu objek tapi semata-mata sebagai hasil ungkapan perasaan / emosi.
Dalam menciptakan karya ini seniman cenderung menggambarkan objek sesuai dengan ekspesi dan emosi si seniman secara sepontan, tidak terkait dengan apa yang ada.
Ciri-cirinya :
a. Mengutamakan perasaan spontan.
b. Tidak mengejar keindahan visual tapi keindahan batin yang nyata
Tokoh-tokohnya :
a. Vincent Van Gogh
b. Paul Gauguin
c. Affandi (Indonesia)
7. Kubisme
Kubisme berasal dari istilah kubis / kubus (persegi). Kubisme merupakan istilah sindiran untuk karya yang cenderung berbentuk kubus / persegi.
Ciri-cirinya :
a. Mengembalikan objek ke bentuk-bentuk dasar (kubistik)
b. Tidak mengenal perspektif dan pencahayaan
c. Bentuk figurnya terkesan aneh dan tidak anatomis
Tokoh-tokohnya :
a. Pablo Picasso
b. George Braque
8. Surrealisme
Merupakan aliran lukisan yang menggambarkan dunia mimpi yang nampak aneh dan fantastis.
Ciri-cirinya :
a. Menggambarkan bentuk antara dunia nyata dan khayalan
b. Bentuk -bentuknya terkesan aneh
Tokoh-tokohnya :
a. Salvador Dally
9. Abstrak
Karya ini sering disebut karya non figurative, karena karya abstrak ini tidak mengesankan bentuk apapun, lepas dari bentuk nyata, kadang hanya menampilkan permainan komposisi unsur-unsur warna. Kadang untuk memahaminya sangat subjektif dan perlu penghayatan yang mendalam.
Ciri-cirinya :
a. Biasanya berupa komposisi unsur-unsur rupa (titik, garis, bidang, warna, dan tekstur).
b. Adanya kesan ekspresif
Tokoh-tokohnya :
a. Jackson Polock
b. Piet Mondrian
c. Paul Klee
d Amir Yahya
e. Fajar Sidik
f. Nashar (Indonesia).
Minggu, 22 Juni 2014
Seni Rupa
Seni rupa merupakan salah satu dari cabang seni yang mengekspresikan pengalaman seseorang melalui karya dua dimensi maupun tiga dimensi menjadi karya yang bernilai artistik.
Apresiasi seni rupa merupakan kemampuan seseorang dalam menghargai dan menikmati karya seni rupa melalui kepekaan rasa estetika.
Tahap yang dilalui untuk pengapresiasi karya seni rupa dengan baik antara lain :
a. pengamatan,
b. penghayatan,
c. pengalaman berkarya.
Melalui pengamatan seseorang akan memperoleh banyak informasi tentang objek yang dilihatnya, yakni pengamatan tentang :
a. Unsur-unsur seni rupa (titik, garis, bentuk, bidang, tekstur, dan gelap terang)
b. Prinsip-prinsip seni rupa (kesatuan, keseimbangan, irama dan keselarasan)
Proses penghayatan menghasilkan rasa suka atau tidak suka terhadap karya seni, hal ini terjadi karena penghayatan melibatkan perasaan seseorang.
Pengalaman berkarya selain akan menghasilkan karya seni juga didalamnya akan tumbuh kepekaan rasa estetika seseorang terhadap karya seni.
1. Jenis-senis karya seni rupa
Menurut jenis ukuran / matranya, seni rupa di kelompokkan menjadi :
a. Seni rupa dwi matra (dua dimensi), karya sei rupa yang berupa bidang datar yang terdiri dari panjang dan lebar, serta hanya bisa dilihat dari satu arah. ex : lukisan dan gambar
b. Seni rupa tri matra (tiga dimensi), karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang, lebar, tinggi, dan volume serta bisa dilihat dari berbagai arah.
2. Tujuan karya seni rupa
a. Seni rupa murni, diciptakan dengan tujuan sebagai sarana atau media berekspresi dan cenderung mengutamakan nilai keindahan saja
b. Seni rupa terapan, dirancang dan diciptakan untuk tujuan fungsional.
3. Fungsi seni rupa
a. Fungsi mitologis, karya seni rupa merupakan perwujudan dari kepercayaan masyarakat tradisi akan mitologi yang berkembang dalam budaya masyarakat. Benda-benda seni yang dibuat menggambarkan tokoh-tokoh legenda dan mitos seperti dalam seni pewayangan, kita mengenal pandawa (simbol kebaikan), korawa (simbol kejahatan), rahwana (simbol keserakahan), rama sinta (simbol kestiaan) dll.
b. Fungsi religius, karya seni rupa diciptakan untuk simbol-simbol keagamaan seperti pada ornament bangunan tempat ibadah, patung, kaligrafi, dll. Semuanya berfungsi untuk meningkatkan kemantapan dalam beribadah pada agama tertentu.
c. Fungsi praktis, karya seni rupa yang memiliki sifat pragmatis, untuk memenuhi fungsi praktis dan fisik sebagai benda-benda keperluan sehri-hari seperti hunian yang nyaman, aneka produk kerajinan yang artistik, dll.
d. Fungsi ekspresi diri, hanya ditemui pada seni murni saja, karena seni murni merupakan ungkapan murni sebagai media ekspresi diri bukan untuk tujuan praktis.
e. Fungsi komunikasi, fungsi ini biasanya dijumpai pada karya desain grafis atau desain komunikasi visual, melalui teknik grafis dan tulisan untuk keperluan promosi, iklan, publikasi, maupun layanan masyarakat lainnya.
f. Fungsi ekonomis, karya seni rupa terapan yakni desain dan kriya memiliki peluang ekonomis karena karya ini memiliki fungsi ekonomi untuk ditawarkan kepasar sebagai komoditi ekspor.
Apresiasi seni rupa merupakan kemampuan seseorang dalam menghargai dan menikmati karya seni rupa melalui kepekaan rasa estetika.
Tahap yang dilalui untuk pengapresiasi karya seni rupa dengan baik antara lain :
a. pengamatan,
b. penghayatan,
c. pengalaman berkarya.
Melalui pengamatan seseorang akan memperoleh banyak informasi tentang objek yang dilihatnya, yakni pengamatan tentang :
a. Unsur-unsur seni rupa (titik, garis, bentuk, bidang, tekstur, dan gelap terang)
b. Prinsip-prinsip seni rupa (kesatuan, keseimbangan, irama dan keselarasan)
Proses penghayatan menghasilkan rasa suka atau tidak suka terhadap karya seni, hal ini terjadi karena penghayatan melibatkan perasaan seseorang.
Pengalaman berkarya selain akan menghasilkan karya seni juga didalamnya akan tumbuh kepekaan rasa estetika seseorang terhadap karya seni.
1. Jenis-senis karya seni rupa
Menurut jenis ukuran / matranya, seni rupa di kelompokkan menjadi :
a. Seni rupa dwi matra (dua dimensi), karya sei rupa yang berupa bidang datar yang terdiri dari panjang dan lebar, serta hanya bisa dilihat dari satu arah. ex : lukisan dan gambar
b. Seni rupa tri matra (tiga dimensi), karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang, lebar, tinggi, dan volume serta bisa dilihat dari berbagai arah.
2. Tujuan karya seni rupa
a. Seni rupa murni, diciptakan dengan tujuan sebagai sarana atau media berekspresi dan cenderung mengutamakan nilai keindahan saja
b. Seni rupa terapan, dirancang dan diciptakan untuk tujuan fungsional.
3. Fungsi seni rupa
a. Fungsi mitologis, karya seni rupa merupakan perwujudan dari kepercayaan masyarakat tradisi akan mitologi yang berkembang dalam budaya masyarakat. Benda-benda seni yang dibuat menggambarkan tokoh-tokoh legenda dan mitos seperti dalam seni pewayangan, kita mengenal pandawa (simbol kebaikan), korawa (simbol kejahatan), rahwana (simbol keserakahan), rama sinta (simbol kestiaan) dll.
b. Fungsi religius, karya seni rupa diciptakan untuk simbol-simbol keagamaan seperti pada ornament bangunan tempat ibadah, patung, kaligrafi, dll. Semuanya berfungsi untuk meningkatkan kemantapan dalam beribadah pada agama tertentu.
c. Fungsi praktis, karya seni rupa yang memiliki sifat pragmatis, untuk memenuhi fungsi praktis dan fisik sebagai benda-benda keperluan sehri-hari seperti hunian yang nyaman, aneka produk kerajinan yang artistik, dll.
d. Fungsi ekspresi diri, hanya ditemui pada seni murni saja, karena seni murni merupakan ungkapan murni sebagai media ekspresi diri bukan untuk tujuan praktis.
e. Fungsi komunikasi, fungsi ini biasanya dijumpai pada karya desain grafis atau desain komunikasi visual, melalui teknik grafis dan tulisan untuk keperluan promosi, iklan, publikasi, maupun layanan masyarakat lainnya.
f. Fungsi ekonomis, karya seni rupa terapan yakni desain dan kriya memiliki peluang ekonomis karena karya ini memiliki fungsi ekonomi untuk ditawarkan kepasar sebagai komoditi ekspor.
Kamis, 08 Mei 2014
Ornamen
Menurut Ensiklopedia Indonesia, Ornamen adalah setiap iasan yang bergaya geometrik atau bergaya lain yang dibuat pada suatu bentuk dasar dari suatu hasil kerajinan tangan termasuk arsitektur.
Dari pengertian diatas, ornamen sebagai karya seni dibuat untuk diabadikan atau mendukung maksud tertentu dari suatu produk, tepatnya untuk menambah nilai estetis dari suatu benda atau produk yang akhirnya akan menambah nilai finansial dari benda / produk tersebut.
Ornamen bersifat pasif dan aktif. Pasif artinya hanya berfungsi menghias, tidak ada kaitannya dengan hal lain seperti ikut mendukung konstuksi / kekuatan suatu benda. Aktif atrinya selain menghias suatu benda juga mendukung hal lain pada benda tersebut misalnya ikut menentukan kekuatannya.
Pengertian ornamen adalah salah satu karya seni dekoratif yang biasanya dimanfaatkan untuk menambah keindahan suatu benda atau produk, atau merupakan suatu karya seni dekoratif (seni murni) yang berdiri sendiri, tanpa terkait benda atau produk fungsuonal sebagai tempatnya.
Motif dan Pola Ornamen
Motif dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni ornamen. Motif merupakan dasar untuk menghias suatu ornamen.
Motif dalam ornamen terdiri dari :
a. Motif Geometris, lebih banyak memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis lengkung, garis lurus, lingkaran, segitiga, segi empat bentuk meander, bentuk pilin, swastika dll
motif meander |
motif geomertis |
motif tumbuhan |
motif hewan |
motif manusia |
Motif benda-benda alami seperti batu, air, awan dll, dalm penciptaannya biasanya digubah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu motif dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan dengan pertimbangan unsur dan asas estetika. misalnya motif bebatuan biasanya ditempatkan pada bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias dengan motif tersebut.
motif awan |
Bentuk ragam hias khayali adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atas persepsinya, motif mengambil sumber ide diluar dunia nyata. Contoh motif ini adalah : motif kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya.
motif khayalan |
a. Ornamen Primitif : Ornamen yang hidup berkembang pada masa nenek moyang. Dalam perwujudannya biasanya memiliki bentuk-bentuk yang sederhana, naif dan selalu dikaitkan pada hal-hal magis, juga merupakan penggambaran dari para leluhurnya yang telah meninggal dunia. Contoh: ukir Asmat yang ada di Irian Jaya .
b. Ornamen Tradisional: Merupakan ornament yang hidup dan berkembang pada masa nenek moyang, dan dipelihara secara turun-menurun hingga sekarang.
c. Ornamen Klasik : Merupakan ornament yang telah mencapai puncak kejayaannya, sehingga ciri dan bentuknya sudah tidak dapat di ubah kembali. Karena apabila sudah mengalami perubahan walaupub sedikit saja maka ornament tersebut sudah tidak bias dikatakan sebagai ornament Klasik. Contoh: ornament Pajajaran, ornament Majapahit, ornament Yogyakarta, ornament Pekalongan, ornamen Madura, ornamen Surakarta, ornamen Cirebon, ornamen Bali, ornament Jepara.
d. Ornamen Modern : Merupakan hasil kreasi individu, yang telah keluar dari aturan-aturan ornament tradisional maupun klasik.
Pola adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias majapahit, jepara, bali, mataram dan lain-lain.singkatnya pola adalah penyebaran atau penyusunan dari motif-motif.
Pola biasanya terdiri dari :
a.Motif pokok.
b.Motif pendukung/piguran.
c.Isian /pelengkap.
Penyusunan pola dilakukan dengan jalan menebarkan motif secara berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling, berderet, atau variasi satu motif dengan motif lainnya. Hal-hal yang terkait dengan pembuatan pola adalah :
a.Simetris yaitu pola yang dibuat, antara bagian kanan dan kiri atau atas dan bawah adalah sama. (lihat contoh dibawah ini)
b.Asimetris yaitu pola yang dibuat antara bagian-bagiannya (kanan-kiri, atas-bawah) tidak sama. (lihat contoh)
c.Pengulangan yaitu pola yang dibuat dengan pengulangan motif-motif.
d.Bebas atau kreasi yaitu pola yang dibuat secara bebas dan bervariasi.
Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu perwujudan bentuk artinya sebagai pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari bentuk/motif yang dikehendaki, sehingga hasil karya sesuai dengan ide yang diungkapkan.
Selasa, 06 Mei 2014
Seni Kriya Nusantara
A. Konsep Karya Seni Rupa Terapan
Bentuk kebudayaan yang paling
sederhana muncul pada zaman batu. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat
kecerdasan, perasaan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi pada zaman itu. Untuk menunjang kelangsungan hidup,
mereka membuat alat-alat dari bahan-bahan yang diperoleh di alam sekitar
mereka. Sebagai contoh, kapak genggam dan alat-alat perburuan dibuat dari
tulang dan tanduk binatang.
B. Pengertian Seni Kriya
Seni kriya sering disebut dengan istilah
Handycraft yang berarti kerajinan tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan
(applied
art) yang selain mempunyai aspek-aspek
keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya seni
kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan
artistik dan keindahan.
C. Unsur Karya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Utility atau aspek kegunaan
Ø
Security yaitu jaminan tentang keamanan
orang menggunakan barang-barang itu.
Ø
Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang
yang enak digunakan disebut barang terap. Barang-barang terapan adalah barang
yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
Ø
Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan.
Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai
dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan
dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam
penggunaannya.
2. Estetika atau
syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak
enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat
menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai,
memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan
berwujud estetik.
D. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni
Kriya
1. Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan
fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
2. Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai
benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan
daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya.
3. Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk
digunakan sebagai alat permainan.
E. Jenis-jenis Seni Kriya di Nusantara
1. Seni kerajinan
kulit, adalah
kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit
mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.
2. Seni kerajinan
logam, ialah
kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak.
Sedangkan teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa
atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris,
dan lain-lain.
3. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan
bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang
biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain.
Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4. Seni kerajinan
anyaman, kerajinan ini
biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon,
pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan
lain-lain.
5. Seni kerajinan
batik, yaitu seni
membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik
cetak (printing). Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.
6. Seni kerajinan
keramik, adalah kerajinan
yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa
(dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang
atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan
lain-lain.
F. Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang
disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau
tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1. Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka
mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari
bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
·
Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali
karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai
berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan
untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
1·
Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire
Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu
yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik
ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin,
lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin
sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya.
Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda
perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang
bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan
tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris,
piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra
kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara
lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang
terdapat di Juwana dan Mojokerto.
2. Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi
penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir
adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang
diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu
muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas
rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi
ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag,
dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung
makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain
ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran
utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai
hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol
tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan
spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain
sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan
spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan
juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah
nilai jual suatu benda.
3. Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi
kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa
yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara
menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau
melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya
sebagai berikut:
a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar).
Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan
baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai
perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam
diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
e. Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan
kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa
teknik membatik antara lain sebagai berikut:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan
malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi
masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik
jumputan.
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan
malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap
(stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif
sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis.
Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek
tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri
Yahya.
e. Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas,
tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan
motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk,
komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik.
Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik
sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam
sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya
Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4. Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang,
tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan
untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang
diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.
5. Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik
menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita
cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat
bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut
lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain
6. Teknik membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya
seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau
keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui
pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan
mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik
diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan
langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan
keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan.
Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau
para penggemar keramik.
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan
diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik
cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun
hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan
Sumber: Bastomi, Suwadji. 2000. Seni Kriya
Seni. Semarang: UNNES Press.
Langganan:
Postingan (Atom)